oleh Dendi Septyadi
nona kirana
cantik jelita
setiap pasang mata ingin menatapnya
nona kirana,
mengapa ada air mata?
apakah pangeran berkuda putih tak datang menjemputmu?
hapus air matamu dan ikutlah bersamaku,tuan puteri
kita cari pangeran tampanmu
nona kirana,
ikutlah bersamaku
berkelana ke ujung dunia mencari pangeran pujaanmu
naiklah ke punggung kuda hitamku dan kita berangkat
kita cari dan temukan pangeran tampanmu
dan aku
akan setia menjagamu
seperti janji seorang ksatria pada rajanya
3/16/11
Di Tebingmu Aku Berdiri
oleh Asyari Muhammad
berdiri tegak
memandangmu di atas bukit
kini mulai samar-samar
wajahmu yang merona kian melenggang
bersama kembang jati
bertebaran di jalan-jalan
aku akan memungutinya
lantaran sepi
aku datang padamu
setapak rindu akan menelanya
Jepara, 2011
berdiri tegak
memandangmu di atas bukit
kini mulai samar-samar
wajahmu yang merona kian melenggang
bersama kembang jati
bertebaran di jalan-jalan
aku akan memungutinya
lantaran sepi
aku datang padamu
setapak rindu akan menelanya
Jepara, 2011
Kerinduanku Ya Musthofa
oleh Allief Zam Billah
Sajaksajakmu kubaca
serupa ayat ketika kalimatmu menjadi sungai
membelah belantara, ngalir ke samudera
lalu aku
akan menjadi asin
menanti perjumpaan di lautan
antara surut pasang gelombang
aku bertanya pada diriku
dimanakah engkau
sebelum gelombang pergi dan datang lagi
membawaku kepada rindu
diamdiam kudzikirkan asmamu, Musthofa
menziarahi setiap jengkal kata
yang menjadikanmu abadi
aku ingin mendekapmu dan bercerita
seperti bocahbocah bergelayut manja di dada bunda
kisahkan peperangan yang telah dia menangkan
dalam permainan
sebelum akhirnya kusadari
bahwa kaulah lautan
ruh setiap nyawa di samudera
kau adalah pepohonan
kau adalah rumahrumah
kau adalah setiap keadaan
kau adalah aku
kau adalah sesiapa
yang sadari dan tidak
sebab kau adalah rasa di setiap kata
ruh di setiap jiwa
kau ada dalam aku
sebagaimana aku ada sebab engkau
aku adalah ikanikan kecil
yang kau biarkan berenang
dan menjadi asin dari segenap rasa
dan kaulah samudera itu
ini pesanku kepada pagi yang mengantarmu ke lautan
saat rintik hujan malam ini menetes di rumbia
serupa sayatan merejam dadaku
rindu tentang perjumpaan yang entah kapan
kusebut namamu wahai Musthofa
dalam cinta yang kusenandungkan penuh kerinduan
tak lagi menanti jawab
apalagi mempertanyakan tentang perjumpaan
waktu akan memahat rasa
dengan kidung yang selalu aku persembahkan
di setiap saat dalam sesat
meniti gelap perjalanan menujumu
menuju cinta
dan kerinduanku ya Musthofa
Rembang, 16 Maret 2011
(Untuk 18 Maret "Kethek Ogleng")
Sajaksajakmu kubaca
serupa ayat ketika kalimatmu menjadi sungai
membelah belantara, ngalir ke samudera
lalu aku
akan menjadi asin
menanti perjumpaan di lautan
antara surut pasang gelombang
aku bertanya pada diriku
dimanakah engkau
sebelum gelombang pergi dan datang lagi
membawaku kepada rindu
diamdiam kudzikirkan asmamu, Musthofa
menziarahi setiap jengkal kata
yang menjadikanmu abadi
aku ingin mendekapmu dan bercerita
seperti bocahbocah bergelayut manja di dada bunda
kisahkan peperangan yang telah dia menangkan
dalam permainan
sebelum akhirnya kusadari
bahwa kaulah lautan
ruh setiap nyawa di samudera
kau adalah pepohonan
kau adalah rumahrumah
kau adalah setiap keadaan
kau adalah aku
kau adalah sesiapa
yang sadari dan tidak
sebab kau adalah rasa di setiap kata
ruh di setiap jiwa
kau ada dalam aku
sebagaimana aku ada sebab engkau
aku adalah ikanikan kecil
yang kau biarkan berenang
dan menjadi asin dari segenap rasa
dan kaulah samudera itu
ini pesanku kepada pagi yang mengantarmu ke lautan
saat rintik hujan malam ini menetes di rumbia
serupa sayatan merejam dadaku
rindu tentang perjumpaan yang entah kapan
kusebut namamu wahai Musthofa
dalam cinta yang kusenandungkan penuh kerinduan
tak lagi menanti jawab
apalagi mempertanyakan tentang perjumpaan
waktu akan memahat rasa
dengan kidung yang selalu aku persembahkan
di setiap saat dalam sesat
meniti gelap perjalanan menujumu
menuju cinta
dan kerinduanku ya Musthofa
Rembang, 16 Maret 2011
(Untuk 18 Maret "Kethek Ogleng")
Subscribe to:
Posts (Atom)