Sajaksajakmu kubaca
serupa ayat ketika kalimatmu menjadi sungai
membelah belantara, ngalir ke samudera
lalu aku
akan menjadi ombak
menanti perjumpaan di lautan
antara surut pasang gelombang
aku bertanya pada diriku
dimanakah engkau
sebelum gelombang pergi dan datang lagi
membawaku kepada rindu
diamdiam kudzikirkan asmamu, Musthofa
menziarahi setiap jengkal kata
yang menjadikanmu abadi
aku ingin mendekapmu dan bercerita
seperti bocahbocah bergelayut manja di dada bunda
kisahkan peperangan yang telah dia menangkan
dalam permainan
sebelum akhirnya kusadari
bahwa kaulah lautan
ruh setiap nyawa di samudera
kau adalah pepohonan
kau adalah rumahrumah
kau adalah setiap keadaan
kau adalah aku
kau adalah sesiapa
yang sadari dan tidak
sebab kau adalah rasa di setiap kata
ruh di setiap jiwa
kau ada dalam aku
sebagaimana aku ada sebab engkau
aku adalah ikanikan kecil
yang kau biarkan berenang
dan menjadi asin dari segenap rasa
dan kaulah samudera itu
Musthofa, kepada pagi yang mengantarmu ke lautan aku berpesan
saat rintik hujan malam ini menetes di rumbia
serupa sayatan merejam dadaku
rindu tentang perjumpaan yang entah kapan
kusebut namamu wahai Musthofa
dalam cinta yang kusenandungkan penuh kerinduan
tak lagi menanti jawab
apalagi mempertanyakan tentang perjumpaan
waktu akan memahat rasa
dengan kidung yang selalu aku persembahkan
di setiap saat dalam sesat
meniti gelap perjalanan menujumu
menuju cinta
dan kerinduanku ya Musthofa
+zamroni allief billah+
Rembang, 16 Maret 2011
(Untuk 18 Maret "Kethek Ogleng")
5/29/11
ketika jemari kita bersentuhan
jujur saja
kita cuma berpura-pura saling melupakan
jemari kita pernah bersentuhan entah sengaja atau tidak
terasa angin sejuk menggetarkan dedaunan
kuingat ketika kita sama sama memandang rintik hujan
sementara saling membisu
ujung jemarimu terasa bergetar seperti dedaunan ketika kuberanikan
untuk menyentuhnya
sebenarnya apa yang terjadi diantara kita?
ataukah cukup kita simpan sebagai catatan kecil
yang akan kita baca menjelang tidur malam
aku hanya mengingatkanmu
bahwa
jemari kita pernah bersentuhan
dan tanganku pernah diatas pundakmu
+may mintaraga+
kita cuma berpura-pura saling melupakan
jemari kita pernah bersentuhan entah sengaja atau tidak
terasa angin sejuk menggetarkan dedaunan
kuingat ketika kita sama sama memandang rintik hujan
sementara saling membisu
ujung jemarimu terasa bergetar seperti dedaunan ketika kuberanikan
untuk menyentuhnya
sebenarnya apa yang terjadi diantara kita?
ataukah cukup kita simpan sebagai catatan kecil
yang akan kita baca menjelang tidur malam
aku hanya mengingatkanmu
bahwa
jemari kita pernah bersentuhan
dan tanganku pernah diatas pundakmu
+may mintaraga+
5/24/11
Yang Memuakkan
oleh Akar Belukar
Apa iya kita sudah kenyang saat ini?
kalian yang hidup dalam keserba adaan pasti akan menjawab lapar!
bukan lapar untuk melahap nasi dan sepotong daging milik kami
Ya, mata kalian selalu kelaparan melihat apa yang bukan hak kalian!
Dan kami amat sangat tak senang dengan permainan katakata kalian yang hanya membuat kami muak
Ah, beribu kali kami muak!
Apa iya kita sudah kenyang saat ini?
kalian yang hidup dalam keserba adaan pasti akan menjawab lapar!
bukan lapar untuk melahap nasi dan sepotong daging milik kami
Ya, mata kalian selalu kelaparan melihat apa yang bukan hak kalian!
Dan kami amat sangat tak senang dengan permainan katakata kalian yang hanya membuat kami muak
Ah, beribu kali kami muak!
Lelaki Sepi
oleh Rini Intama
malam
sunyi membawa mimpi tak berkaki
gelinjang sukma tak menepi
pagi
menemu lukisan sang dewi
tembang pora menyayat nyeri
siang
suara tua lelaki sepi
menghitung hari
[dimuat dalam buku "antologi puisi 105 penyair" 2011]
malam
sunyi membawa mimpi tak berkaki
gelinjang sukma tak menepi
pagi
menemu lukisan sang dewi
tembang pora menyayat nyeri
siang
suara tua lelaki sepi
menghitung hari
[dimuat dalam buku "antologi puisi 105 penyair" 2011]
Perempuan Sepi
oleh Yudhie Yarcho
perempuan itu selalu ada di sana
sendiri saja
berteman senja
yang mulai menua
menatap buih ombak di seberang jendela
"adakah kapal yang berlabuh di dermaga?"
perempuan itu masih menanti
terasing dalam melankolia sepi
[dimuat dalam buku "kumpulan puisi bintang kata" 2010]
perempuan itu selalu ada di sana
sendiri saja
berteman senja
yang mulai menua
menatap buih ombak di seberang jendela
"adakah kapal yang berlabuh di dermaga?"
perempuan itu masih menanti
terasing dalam melankolia sepi
[dimuat dalam buku "kumpulan puisi bintang kata" 2010]
5/18/11
benci keramaian
oleh ydy
aku benci keramaian. aku mencintai kesendirian. aku tidak ingin bersama dengan satu-dua-empat atau lebih orang. bersama mereka, otakku buntu, imajinasiku kelu, pikiran dan emosiku beku. lebih baik aku sendiri. daripada harus bersama orang lain, hanya untuk mendengarkan kesombongan mereka, saja. aku mencintai kesendirian. jadi, jangan kau coba usik kesendirianku ini, atau kau akan rasakan akibatnya nanti
aku benci keramaian. aku mencintai kesendirian. aku tidak ingin bersama dengan satu-dua-empat atau lebih orang. bersama mereka, otakku buntu, imajinasiku kelu, pikiran dan emosiku beku. lebih baik aku sendiri. daripada harus bersama orang lain, hanya untuk mendengarkan kesombongan mereka, saja. aku mencintai kesendirian. jadi, jangan kau coba usik kesendirianku ini, atau kau akan rasakan akibatnya nanti
riwayat kerabat maksiat
oleh Almarhum Dendi Septyadi
taman makam pahlawan katanya
(padahal pahlawan sebenarnya bahkan tak punya makam)
o
kerabat maksiat
langit temaram
muntah segala sumpah serapah
kubur pahlawan-pahlawan itu di tempat paling megah
kuburan tapal kuda
kuburan pemikiran-pemikiran anak negeri
hey anak kolong,
pantas
mereka tak mau kita menjadi cerdas
kalau kita cerdas maka kita berontak
kubur saja mimpi kita sama sama
di rumah trilyunan kerabat maksiat
di sana
gedung tapal kuda
taman makam pahlawan katanya
(padahal pahlawan sebenarnya bahkan tak punya makam)
o
kerabat maksiat
langit temaram
muntah segala sumpah serapah
kubur pahlawan-pahlawan itu di tempat paling megah
kuburan tapal kuda
kuburan pemikiran-pemikiran anak negeri
hey anak kolong,
pantas
mereka tak mau kita menjadi cerdas
kalau kita cerdas maka kita berontak
kubur saja mimpi kita sama sama
di rumah trilyunan kerabat maksiat
di sana
gedung tapal kuda
Pada Tepi Malam
oleh Akar Belukar
Sudahlah, esok saja kita lanjutkan kembali
perbincangan yang hangat dan damai ini
malam pun segera menepi dan nyepi
Agar bulan sempurna bersinar lembut di beranda kita
Dan fajar tak berkabut memecahkan embun penyejuk
Sudahlah, esok saja kita lanjutkan kembali
perbincangan yang hangat dan damai ini
malam pun segera menepi dan nyepi
Agar bulan sempurna bersinar lembut di beranda kita
Dan fajar tak berkabut memecahkan embun penyejuk
Untuk Wanita Kemarin
oleh Rhiry Nandarrahayu
Hariku berakhir di sini
Di bawah purnama malam ini
Tebusan dari kematian-kematianku yang lalu
Ku puisikanlah untukmu
Lima batang menthol terbakar di bawah gerimis
Bersama sebuket bunga yang menangis
Bunga krisan putih, anggrek nila dan bunga kecil-kecil kuning hijau
Ku rangkai untukmu yang tak terjangkau
Tapi kau tak kunjung datang
Menyapa atau sekedar salam
Nona...
Engkau yang penuh panorama
Bak diorama bidadari dunia
Dibawah gerimis ini
Dibawah purnama yang aneh ini
Kususuri jalan membawa sebuket bunga yang menangis
Hariku berakhir di sini
Di bawah purnama malam ini
Tebusan dari kematian-kematianku yang lalu
Ku puisikanlah untukmu
Lima batang menthol terbakar di bawah gerimis
Bersama sebuket bunga yang menangis
Bunga krisan putih, anggrek nila dan bunga kecil-kecil kuning hijau
Ku rangkai untukmu yang tak terjangkau
Tapi kau tak kunjung datang
Menyapa atau sekedar salam
Nona...
Engkau yang penuh panorama
Bak diorama bidadari dunia
Dibawah gerimis ini
Dibawah purnama yang aneh ini
Kususuri jalan membawa sebuket bunga yang menangis
Dalam Mabuk
oleh Juned Topan
Mabuk ini semakin menakutkan
meliar
mengganas
membakar kesunyianku
Gairahnya bergelora
Agung
Mengesankan
Tak tertampung dalam puisi
Aku harus menghentikan sejenak
Terlihat istriku mulai kurang sabar dgn kesulitan
Anak anakku dgn jenakanya menyodorkan tagihan sekolahnya yg membengkak
Aku harus turun sejenak
menyapa bumi mengambil sedikit apa yg menjadi hakku dan hak mereka
atas dunia
sekedar perbekalan
dalam perjalanan panjang melelahkan
untk kemudian kembali pada sepi
menyetubuhi sunyi
menari dalam ritual rindu sembah yang suci :
Senandungku adalah ke jujuran
tak bermuatan kehendak diri
Tarianku adalah pembebasan burung burung putih
bebas pergi dan berdiam di setiap sangkar hati
25sept2010
Mabuk ini semakin menakutkan
meliar
mengganas
membakar kesunyianku
Gairahnya bergelora
Agung
Mengesankan
Tak tertampung dalam puisi
Aku harus menghentikan sejenak
Terlihat istriku mulai kurang sabar dgn kesulitan
Anak anakku dgn jenakanya menyodorkan tagihan sekolahnya yg membengkak
Aku harus turun sejenak
menyapa bumi mengambil sedikit apa yg menjadi hakku dan hak mereka
atas dunia
sekedar perbekalan
dalam perjalanan panjang melelahkan
untk kemudian kembali pada sepi
menyetubuhi sunyi
menari dalam ritual rindu sembah yang suci :
Senandungku adalah ke jujuran
tak bermuatan kehendak diri
Tarianku adalah pembebasan burung burung putih
bebas pergi dan berdiam di setiap sangkar hati
25sept2010
Subscribe to:
Posts (Atom)